Sunday, November 24, 2013

MENANTI CAHAYA

"CAHAYA SUCI???"

Semburat wajah layu tampakkan diri
Di tengah kekosongan cahaya suci

Menampak tapi tercampak
Hanya bahasa isyarat yang terkuak

Di kedalaman
Mendapati secuil harapan
Mengada untuk kemudian diadakan
Sementara meniadakan

Sungguh!!!
Kepastian terbengkalai
Keputusan mengambangkan arti
Diri terkapar sendiri
Di kedalaman asing tak terkuasai 

Realita...
Begitu kata mencekik keluasan
Mengubur kedalaman

Dua kata, satu makna
Ah... agaknya menjadi bualan belaka
Bahan bulan-bulanan bahasa sederhana

Saat kata hanya menjadi cerita
Saat realita hanya menjadi satu asa
Tinggalkan lainnya
Pasung idealisme rasa???
Tataran relung hati jiwa
Selanjutnya kedalamannya...


    Judul puisi di atas, sengaja penulis menambahkan tanda tanya (?) sebagai isyarat keluasan makna (terutama judul) yang terkandung di dalam belum mampu diterjemahkan dalam kata yang terlihat nyata dan apa adanya.Oleh karena itu, penulis masih kesulitan untuk mencari judul yang tepat untuk menggambarkan isi dari puisi tersebut. Ambiguitas makna yang terdapat dalam puisi di atas, terutama judul terlihat jelas. Sudah barang tentu, pengetahuan dan pengalaman akan mempengaruhi pemaknaan yang terkandung di dalamnya. Di sini, penulis menyuguhkannya sebagai bahan inspirasi dan evaluasi bersama. semoga bermanfaat!!!

Saturday, November 23, 2013

Nyanyian Ombak

Melihat indahnya ombak yang bergemulai ringan, menarikku untuk menatapnya lebih dalam. Dalam pemaknaan, saya mencoba membongkar otak untuk merangkai kata, ada kiranya sebuah catatan kecil yang dapat memberikan setitik embun di tengah panasnya terik mentari. Agaknya apa yang saya katakan terlalu berlebihan, tapi mestinya semua adalah sebuah kemungkinan jika kita mampu menulusurinya lebih dalam. Setelah merenung sejenak, saya terinspirasi untuk membuat barang sepenggal dua penggal sajak, dengan harapan mampu memberikan kontribusi positif untuk spirit menjalani kehidupan. Sajak ini lebih menekankan pada majas personifikasi dengan objek ombak. Ada yang ingin saya jelaskan di sini, bahwa semestinya, ombak bukanlah benda mati yang hanya dapat dinikmati dengan mata, telinga, dan anggota badan lainnya. Namun lebih dari itu, ombak adalah bagian dari kehidupan yang dapat berbicara dengan bahasanya sendiri dan dapat ditangkap pesannya dengan cara tersendiri pula. Salah satu contoh penafsiran dari "ombak" adalah sajak ringan yang saya suguhkan di bawah ini. semoga dapat menginspirasi.

NYANYIAN OMBAK

kusinggahi pelukmu yang sejuk
memikat hati hingga matapun enggan sekedar melirik
kudengar dendangmu bersama suara gemericik
berakar lembut, menarik

sejenak kududuk di samping desirmu
kau bernyanyi indah melantun merdu
sayup mata melihat jauh menerawang tarianmu
kudapati segenggam nasihat dari percikan airmu

kau ceritakan kepiluan berhias suka
kesenangan berbungkus duka
kesetiaan dalam hidup dan kehidupan sempurna

sejenak terhenti
menghentikan nadi dan jantung yang enggan memahami
seketika, diri membungkam sepi

digenggamnya tanganku
bisik-bisik kudengar katanya pada kalbuku
"hias masamu, anak muda!!!
semua baru awal cerita...
perlu kau tapaki lebih tinggi gunung kehidupanmu...
perlu kau selami lebih dalam lautan nafasmu..."
penggalan yang menggetarkanku...
semampuku ku jawab "akan kuhadirkan diriku padamu dalam keadaan itu"

Friday, November 22, 2013

SKETSA TITIK

Perenungan saya dalam memahami tanda baca yang agaknya menyimpan misteri lebih dari sekedar "menghentikan". Ya, dialah "titik" tanda baca yang sering diidentikkan dengan "berhenti". di sini, saya ingin mengeksplorasi makna dari tanda baca yang unik itu dalam sebuah coretan kecil. Dalam sajak bebas yang akan saya hadirkan nanti, kiranya ada sebuah paradigma baru yang perlu dibangun dari tanda baca mungil itu. Salah satu di antaranya adalah bahwa tidak semua penghentian diartikan sebagai "henti final", dalam artian tanpa ada aksi setelah itu. Kemudian, ini lebih ke arah pemaknaan kehidupan (meaning for life), bahwasanya dalam kehidupan, adakalanya kita dihentikan oleh Sang Penguasa untuk memahami apa yang sudah terjadi dan apa yang nantinya akan terjadi (manusia diletakkan sebagai objek). Sehingga dari sana akan ditemukan keputusan untuk menentukan "peristiwa mana yang cukup sebagai pembelajaran dan peristiwa mana yang perlu untuk dilanjutkan" yang selanjutnya perlu kiranya merumuskan "apa yang harus dilakukan ke depan". Masih banyak lagi, makna-makna yang terkandung di dalam "titik". Anda bisa mengeksplorasikan maknanya ke dalam berbagai dimensi kehidupan, tergantung pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki masing-masing. Inilah coretan kecil saya hasil dari perenungan yang tertuang dalam sajak bebas.


SKETSA TITIK

Pertemuan yang mengambang begitu mudahnya
Mengundang kata yang memang benar-benar tersirat makna
Aku pernah ada dalam masa
Namun titik menghalangiku
Untuk berhenti dan menjaganya di penghujung kata

Lelah telah aku menunggu
Diam dalam keterpakuan yang tak menentu
Pasungan ini telah kaku
Bersajak pasi dalam kurungan semu

Titik telah menghentikanku
Dalam merangkai
Dan bersama melangkah
Adaku yang telah ditiadakan dalam lingkaran hitam
Menjadi buram meski bagiku putih itu telah terlihat di depan

Katanya
Manusia hanya melihat luarnya yang nyata
Dan luar terbungkus hitam oleh titik
Dan putih jauh ada di kedalaman
Rupanya kakiku benar-benar telah terpasung kini
Dalam sajak lingkar yang penuh tanya
Dan ketidakpahaman yang seringkali tereja
Kebersamaanku pada kata terbungkus sudah dengan pasungan belenggu titik

Titik...
Jika dirimu hadir untuk memberhentikan langkah yang kiranya itu jelas akan menjadikan sesat untukku
Aku rasa cukup semua kata menjadi tebusan yang bermakna
Jangan kau halangi langkah ini
Biarkan perjalanan ini yang memberhentikan diri
Bukan kerena untukku sanggah kehadiranmu
Engkau tentu sangat berarti bagi pengontrol diri
Tapi bagiku cukup sudah ku terpasung lama dalam lingkaran yang telah lama aku baca

Titik...
Kaulah sajak-sajak yang hadir di setiap belaian hujan rintik-rintik
yang tak mudah akan katamu untuk semua takhluk